Follow Us @tazkiyah.shop

Friday, June 28, 2019

Hutan (Kota) Pinus; Makan Siang Bersama



Hari ini sabtu, hari yang ditunggu-tunggu istri dan anak-anak saya. Maklum, sebagai PNS, keluarga saya pasti menantikan hari keenam ini setiap minggu. Waktu yang disediakan (secara tidak langsung) pemerintah bagi pegawai membahagaikan dan bencengkrama dengan keluarga. Family time kata banyak orang kota.

Segala bentuk acara dan rencana biasa disusun oleh sang menteri dalam negeri -istri saya- sebelum hari ini tiba. Bahkan bisa-bisa mingguan yang akan datang daftar kegiatan sudah tersusun rapi di buku agenda keluarga.

Percakapan rencana kegiatan sabtu pagi pun terjadi tadi malam, jum'at malam. Istri menjanjikan lari atau jogging di lapangan Murjani. Lapangan balai kota Banjarbaru lebih tepatnya.

"Besok kita lari-lari di Murjani ya?" kata istri ke kedua anak saya.

"Horee!! Ya Mi!!" sahut mereka dengan senang dan melompat-lompat khas anak balita yang sedang kegirangan.

Jum'at malam berjalan dengan damai dan tenang. Tidak ada hujan dan angin yang menyambut gelap dan sunyi di rumah kami. Kedua makhluk lucu dan cantik terlelap dalam pelukan bantal dan setengah tangan memeluk sang Ummi. Suasana dalam rumah menunjukkan kesepian di sepanjang malam, tanpa ada suara tikus tikus rumah yang saling bekejaran. Hewan malam rumahan seperti kecoa, cicak, semut pun tak mampu membuat tidur penghuni rumah terganggu.

Fajar datang dengan hawa dingin, mempertemukan kulit saya dengan rasa yang sulit ditolak; bergumul dalam pulau kapuk. Keinginan dan lambaian bantal dengan susah payah berhasil saya tolak sembari air di kran saya paksa menampar muka dan mata yang serba mengkerut. Sabtu pagi ini memang tiada aktifitas yang mengharuskan terburu-buru seperti lima hari sebelumnya. Sang sulung, Hilya, libur sekolah. Saya pun tidak pergi ke kantor layaknya buruh pemerintah yang lain. Praktis, ini yang membuat saya punya alasan kuat untuk bersantai di sabtu pagi.

Semua penduduk rumah beraktifitas, ibu rumah tangga dengan sigap menyiapkan makan pagi bagi anggota lainnya. Makan pagi dilaksanakan dengan rasa yang tidak bisa dirasakan jika berada di hari lain, rasa santai dan bisa saling bencengkrama satu dengan yang lain. Canda gurau antar anak, suami dengan istri, Bapak dan anak. Semua merasa senang dan bahagia dan berlangsung tanpa menghiraukan waktu pagi.

Tiba-tiba saya dikejutkan kalimat yang muncul di mulut istri dengan nada terkejut. "Waduh Bi, sudah siang. Ga jadi ke Murjani dung?? panas pasti di sana."

Saya spontan melihat ke arah jarum dinding yang telah menunjukkan pukul 10.00.

"Terus bagaimana??" tanya saya ke istri sambil membantu membereskan harta milik duo cilik yang diporak-porandakan ketika mereka asyik bermain.

"Bagaimana kalau kita makan siang di hutan pinus saja??" solusi istri yang ditawarkan seolah tak rela hari sabtu ini dihabiskan dalam rumah saja.

"OK" saya menyanggupi tawaran tersebut tanpa banyak pikir.

Hutan pinus yang kami maksud terletak di jalan Suriansyah Ujung, Kelurahan Mentaos Kecamatan Banjarbaru Utara, Loktabat Utara, Banjar Baru Utara, Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan 70711. Hutan buatan yang didominasi oleh vegetasi pohon pinus ini waktu itu sempat menjadi primadona dadakan masyarakat Banjarbaru yang ingin berwisata dalam kota.



Sayangnya kami sekeluarga baru bisa menjejakkan langkah kami setelah sekitar 1 sampai 2 tahun semenjak diresmikan oleh Bapak Walikota Banjarbaru. Al hasil pemandangan yang terlihat mata tidak secantik dan seindah waktu diresmikan. Payung-payung sudah terlihat lusuh dan jumlahnya berkurang. Meskipun begitu, masih layak dijadikan tujuan berwisata di dalam kota.




Beberapa fasilitas masih baik dan layak digunakan seperti gazebo, musholla dan kamar mandi. Bahkan ada ruang pertemuan terbuka untuk mengadakan perkumpulan kelompok atau komunitas ingin mengadakan gathering.




Fasilitas yang membuat menurut saya paling baik adalah musholla dan kamar mandi, WC yang terlihat sangat baik dan layak pakai, sepertinya fasilitas ini baru dibangun. Bisa juga karena jarang dipakai sehingga keadaan bangunan masih terlihat bagus.




***

Setelah semua persiapan perjalanan ke hutan pinus Banjarbaru disiapkan, kami segera meluncur ke hutan tersebut. Seperti biasa si bungsu -Mahira- melantunkan kalimat hafalannya pada jam-jam mendekati makan siang seperti ini.

"Mi, susu. Mi, Susu"

Kalimat sakti Mahira didengungkan terus sambil menarik baju istri saya, terkadang celana saya. Suara tersebut mengiringi saya menutup pintu rumah dan akhirnya memutuskan tempat tujuan pertama saya menghentikan kendaraaan di jalan adalah minimarket yang terletak di jalan Mistar Cokro. Minimarket ini jadi listing place  baru istri ketika belanja bulanan.

"Harga di sini sama saja dengan di Az-Zahra bi" informasi yang disodorkan istri waktu itu setelah survey perbandingan harga kebutuhan pokok di toko tersebut. Sejak itu, pilihan hati istri berpindah ke toko dengan pemilik keturunan Arab yang memang banyak di wilayah kami.

Setelah susu UHT didapatkan dari minimarket, perjalanan pun dilanjutkan menyusuri jalan Mistar Cokro yang tidak terlalu padat. Maklum hari sabtu ini tidak banyak yang beraktifitas di luar jam segini dikarenakan semua penduduk kota masih di rumahnya masing-masing dan anak-anaknya berangkat di sekolah. Pemandangan yang sudah terlalu biasa saya lihat sehari-hari seolah mata ingin terpejam saja karena bosan.

Satu hal yang tidak membuat saya bosan ocehan dan nyayian kedua anak saya. Ada saja yang keluar dari mulut mungilnya. Sang kakak bercerita dan antusias dengan tempat tujuan terkadang juga menanyakan apa sih pohon pinus itu, apa sih berkemah itu. Sedangkan sang adik dengan terbata-bata menirukan setiap apa yang dikatakan sang kakak. Mahira memang lagi suka mencopy semua tingkah kakaknya akhir-akhir ini.

Bagi saya aktifitas ini mengasyikkan karena saya termasuk orang yang suka jalan-jalan. Jangankan tamasya di tempat wisata, jalan-jalan tanpa tujuan pun pernah sering saya lakukan.hehe. Melihat geliat orang, gerak-gerik kendaraan, lalu-lalang aktifitas menjadi pemandangan menarik perhatian. Ya...meskipun sampai melamun dan tidak melihat jalan. Kebiasaan buruk, namun beruntung istri saya selalu menjadi pengingat dengan mencubit pinggang ketika saya melongo di jalan.

Pemandangan waktu di atas kendaraan akhirnya tertangkap mata. Dua orang akhir baya sedang duduk beristirahat di trotoar dengan sepeda motor terparkir di depan mereka. Pasangan suami istri (setidaknya menurut saya) tersebut sepertinya juga dalam perjalanan jauh. Ini terlihat dari sepeda motor yang dipasangi "asesoris" tambahan di belakang jok. Sepasang bambu sepanjang kira-kira setengah meter untuk meletakkan berbagai tas. Perempuan mengeluarkan makanan dari tas yang dibawa dan disodorkan ke suami yang memegang air mineral.

Tiba-tiba pikiran jadi melankolis melihat adegan dua pasang anak adam tersebut. Lamunan dibuat melayang, harapan dan cita seakan iri ke kedua makhluk yang dibuai oleh cinta kasih sampai tua. Sambil teringat lirik lagu Grow Old With You milik Adam Sandler




Adegan romantis dua anak manusia ternyata tidak berhenti begitu saja yang melintas di depan saya. Tuhan menampilkan adegan ciptaan-Nya yang beruntung bisa saya rekam dengan baik.

Sewaktu saya mampir untuk membeli "amunisi" tambahan makan siang berupa rujak kesukaan kami di depan SMPN 2, dua orang yang sepertinya pasangan kekasih terlihat. Dua orang tersebut ragu-ragu mau menyebrang jalan raya yang agak padat.

Laki-laki memegang erat perempuan di pinggir jalan sambil berbisik kepada dirinya. "Hati-hati" kata (menurut saya) yang keluar dari mulut laki-laki tersebut sambil tangan kiri memegang tongkat The White Cane. Tongkat yang bisa dilipat menjadi kecil-kecil.

Entah mereka ngobrol apa, akhirnya tidak jadi menyebarang dan berjalan menuju pedagang tempat saya membeli rujak tadi. Sepertinya mereka ragu menyebrang tadi bukan tidak bisa atau kesulitan menyebrang tapi si laki-laki menawarkan ke sang kekasih apakah mau beli rujak yang selalu ramai pembeli karena enak dengan porsi buah sampai mau muntah dari wadahnya alias penuh sesak.

Dari tadi si laki-laki memegang terus tangan kekasih tak dilepas-lepas sambil menuntun dan mengarahkan jalan untuk kekasih hatinya. Mulai dari saya melihat mereka sampai mendekat ke kami sambil mengantri nomor pembelian rujak.

"Tulus dan sabar benar laki-laki ini. Memberikan jalan dan kenyamanan kepada pasangannya yang menurut kebanyakan orang biasa disebut disabiltas" kagum saya dalam hati dan rasa iri pun menggelora lagi dalam hati. GOD!!

***

Akhirnya kami sampai di depan gerbang hutan pinus Banjarbaru. Terdapat tempat parkir bagi kendaraan roda dua maupun roda empat. Biaya parkir ditarik langsung ketika sampai di depan gerbang oleh orang yang sedang standby tanpa baiaya masuk ke lokasi hutan pinus Banjarbaru. Biaya parkir roda dua sebesar Rp 3000 segera saya keluarkan dari dompet. Orang yang menjadi "juru parkir" tadi juga menyewakan hammock (tempat tidur gantung) seharga Rp.10.000. Kami pun menyewa satu buah.




Berjalan menelusuri trotoar sepanjang hutan pinus, kami melihat sekeliling untuk mencari titik spot yang bagus untuk keluarga. Satu titik akhirnya sudah diputuskan, dataran seluas kira-kira 20 meter persegi dikelilingi pohon pinus.

"Sepertinya ini tempat yang pas mi. Ada dua pohon pinus untuk menancapkan hammock"

Setelah semua peralatan terpasang pada tempatnya masing-masing, kegiatan pertama kali adalah makan siang. Namun si sulung Hilya sudah mau masuk saja ke hammock dan bergelantungan disana menghiraukan anggota keluarga lain yang sedang makan-makan.

Pemandangan yang terlihat di pohon pinus ini didominasi muda mudi yang sedang kasmaran. Berdua mojok sambil bergelantungan di hammock. Ada juga kegiatan foto prewedding karena menurut saya tema di hutan seringkali menjadi rujukan populer dari orang mengadakan foto prewedding. Tidak pelak, hutan pinus Banjarbaru adalah tempat yang pas untuk latar foto. Murah meriah namun suasana alami bisa didapatkan.

Juga terlihat satu keluarga berkunjung di hutan pinus ini. Jadi menurut saya hutan pinus Banjarbaru memang cocok untuk segala umur, mulia dari anak-anak sampai kepentingan keluarga. Satu catatan penting yang saya alami disini adalah nyamuk. Sebelum berwisata di pohon pinus Banjarbaru, sebaiknya membawa lotion anti nyamuk.

Makan siang sudah dilakukan, semua peralatan dokumentasi dikeluarkan dan saya menelusuri tiap sudut hutan pinus ini untuk mencari spot berswafoto alias selfie. banyak tempat yang bisa dijadikan spot foto.

Batang pohon jatuh saya kira bisa juga dipakai foto bersama dengan kru banyak. Berhubung kru saya cuman empat maka tempat foto yang paling ideal ya di bangku saja.



Seperti pada umumnya dalam child photography, butuh perjuangan untuk mendapatkan momen yang pas dalam foto keluarga kali ini. Kalau tidak sang adik yang rewel si kakak yang kadang tidak bisa konsen perhatiannya ke kamer. Hasilnya bisa ditebak, mata memandang kemana kamera menghadap kemana. Semua tidak teratur. Tapi justru disitu seninya berfoto bersama keluarga. hihi


Pada kesempatan kali ini, saya tidak menggunakan jasa fotografer profesional. Juga tidak menggunakan peralatan fotografi yang serba mahal. Hanya peralatan yang bisa dibeli di marketplace ala mak-mak seperti di shopee atau ala bapak-bapak di bukalapak.

Peralatan foto yang saya bawa tripod dan memanfaatkan timer di kamera saku saya, foto keluarga amatiran pun bisa saya ambil dan abadikan.




Rengean adik yang terus meminta pulang sebagai alarm bahwa waktunya sudah habis di tempat ini. Saya dan istri pun mengemasi semua perlengkapan dan akhirnya kami menuju rumah yang terletak sekitar 5 km ke arah selatan Banjarbaru.

After All hutan pinus Banjarbaru layak untuk dijadikan tempat berwisata kecil-kecilan atau sederhana. Disamping lokasi terletak di dalam kota, suasana hutan pun bisa didapatkan selama kita berkegaiatan disana. jangan lupa bawa lotion anti nyamuk dan bawa makanan atau minuman.

❤ Tulisan ini dibuat oleh Abi Hilya 👨 M. Mahfuzh Shiddiq

1 comment: